Selompret Hidoep

Thursday, November 18, 2004

ode to spring


Spring, the Sweet Spring

Spring, the sweet Spring,

is the year's pleasant king;

Then blooms each thing,

then maids dance in a ring,

Cold doth not sting,

the pretty birds do sing

Cuckoo, jug-jug, pu-we, to-witta-woo!

The palm and may make country houses gay,

Lambs frisk and play, the shepherds pipe all day,

And we hear aye birds tune this merry lay

Cuckoo, jug-jug, pu-we, to-witta-woo!

The fields breathe sweet,

the daisies kiss our feet,

Young lovers meet, old wives a-sunning sit,

In every street these tunes our ears do greet

Cuckoo, jug-jug, pu-we, to-witta-woo!

Spring, the sweet Spring!

Thomas Nashe (1567-1601)
Thomas Nashe was born at Lowestoft and was educated at St. John's College, Cambridge.
After visiting France and Italy he settled in London where he joined a literary circle which included Robert Greene. He wrote several pamphlets attacking Puritanism under the pseudonym Pasquil, and the vitriol in his now lost comedy The Isle of Dogs resulted in a brief spell of imprisonment on the orders of The Privy Council.

Nashe's linguistic ability, originality, and ascetic wit is at its most typical in Summer's Last Will and Testament (1592) and Lenten Stuffe, a ridiculous panegyric of a red herring. The Unfortunate Traveller, a picaresque novel describing the exciting adventures of an English page on the Continent, is the first in a new genre.

puisi yang menjadi lagu

ternyata, setelah saya browsing di internet, lagu "spring,the sweet spring" liriknya diambil dari sebuah puisi karangan Thomas Nashe (1567-1601). Puisi ini saya kenal justru setelah puluhan tahun setelahnya, lirik puisi ini menjadi inspirasi George Adroyd untuk menggubahnya menjadi sebuah lagu, yang berjudul sama dengan judul puisinya. gubahan lirik puisi ini oleh Adroyd di sajikan dalam bentuk lagu yang mempunyai nuansa harmoni nada lagu-lagu amerika. sungguh sebuah keajaiban harmoni nada, sehingga Adroyd dapat membuat puisi ini tidak hanya bisa menimbulkan 'bunyi' dari kesamaan rimanya, tapi juga menimbulkan bunyi yang sesungguhnya dalam paduah harmoni nada. waktu saya menyanyikan lagu ini --sekalipun saya belum pernah merasakan indahnya musim panas di negeri barat -- saya dapat membayangkan indahnya musim semi yang digambarkan penulis puisi dan komponis lagu tersebut. diperlukan daya imajinasi untuk 'tenggelam' dalam keindahan lagu ini.

inilah imajinasi saya

di sebuah hamparan yang lapang, menghampar rumput-rumput hijau. di sela-sela rumput..tumbuh bunga-bunga daisy dengan embun-embun kecil di setiap helai kelopaknya. kalau saya berjalan di atas rumput itu, lembar-lembar kelopak bunga daisy menyentuh kaki-kaki saya yang sedikit basah karena embunnya juga. bunga-bunga dengan warna yang lembut bermekaran, dengan angin pagi membawa harumnya bunga ke ujung hidung saya. burung-burung kecil melompat lompat di sela-sela rumput dan bebungaan,sambil mengeluarkan bunyi 'cuk-coo..,cuck-coo..' beberapa ekor diantaranya bertengger di dahan pohon, persis di atas saya. bunyinya mencuri perhatian telinga saya...."towita..woooo..towita..wooo..". biri biri berselimutkan bulu putih dengan embun-embun di ujung ujung bulunya berlari lari dan melompat, dengan seorang gembala yang memainkan alat musik pipa yang seirama dengan nyanyian burung-burung yang bertebaran. jika saya hirup lagi udara di musim semi itu, seperti tanah menghirup tetesan embun yang jatuh dan meresap ke dalammnya. saya menghirup wangi lembut bunga daisy dengan segarnya embun di pagi itu. sementara burung-burung masih saja melompat lompat seakan tak mau musim semi itu terlewat.



lagu ini dan sebuah kemenangan

untuk pertama kali lagu ini saya pelajari di paduan suara gita swara jaya dalam merangka persiapan mengikuti 'festival paduan suara ITB XVIII 2002' pada bulan Agustus 2002, di kampus ganesha,bandung. lagu ini dilatih langsung oleh pelatih paduan suara kami, Joseph Kristanto Pantioso, sebagai lagu pilihan terikat kategori koor perempuan (female choir). ada sedikit beban dari saya pribadi (dan mungkin tim koor secara keseluruhan) untuk harus merebut posisi juara, mengingat saat itu pelatih kami sudah dua tahun berjalan belajar musik di sekolah musik freiburg-jerman. seakan-akan, performance kami saat itu menjadi ujian juga bagi pelatih kami, sejauh mana beliau bisa membuat koor kami menjadi lebih baik (setidaknya tidak hanya menjadi koor 'spesialis finalis' saja). suatu kejutan, ketika ketua dewan juri, ibu catharina w. leimena mengumumkan nomor undian 8 menjadi juara pertama untuk kategori paduan suara perempuan FPS ITB XVIII 2002. meluapnya kebahagiaan saya dan teman-teman saat itu tidak bisa saya lupakan. senangnya menjadi juara dalam festival paduan suara yang cukup bergengsi di Indonesia.

tenggelam dalam imajinasi

saat menyanyikan lagu ini, saya mensugesti diri saya untuk 'menembus ruang baru' selama saya membawakannya. ruang itu bukan di panggung festival dengan sorot lampu kuning tajam dari atas, tapi ruang imajinatif saya di sebuah hamparan taman hijau di musim semi, tentunya sambil melihat tangan dirigen saya memberi aba-aba. sungguh tata harmoni lagu membawa saya dalam kenyamanan dan suka cita indahnya musim semi. "....spring,the sweet spring, is the year's pleasant king..." lebih dari itu, musik ternyata bisa membawa saya ke berbagai tempat di luar sana, yang sebelumnya belum pernah saya kunjungi. sebuah keajaiban yang dibawa oleh George Adroyd dan Thomas Nash untuk sebuah "ode to spring"

0 Comments:

Post a Comment

<< Home