Selompret Hidoep

Wednesday, November 24, 2004

yapi 'remy sylado' tambayong


Remy Sylado, yang bernama asli (Yapi Panda Abdiel Tambayong) adalah salah satu sastrawan favorit saya. 'jatuh cinta' pertama kali lewat membaca bukunya yang juga dijadikan novel berjudul "ca bau kan", yang saya baca di tahun 2002. selanjutnya, novel remy yang saya baca adalah "kerudung merah kirmizi (2002)", dan "parijs van java(2004)"

salah satu kekuatan cara bertutur dalam novel-novelnya adalah kemampuannya untuk membentuk latar cerita yang sangat kuat, sehingga pembacanya dibawa melancong ke lorong-lorong zaman dimana cerita itu dituturkan. salah satu kelebihan ini yang bisa membuat pembaca tidak hanya menikmati "jalan ceritanya" tetapi juga "latar ceritanya" yang memiliki keasyikan sendiri. saat saya membaca novel "parijs van java", saya dibawa pada 'keteduhan' kota Bandung di era Soekarno saat beliau masih menjadi mahasiswa ITB. Nama jalan-jalan yang semuanya masih memakai bahasa belanda, memperkuat gambaran cerita yang disajikan. apalagi remy dengan baik menuliskan nama jalan/atau gedung itu sekarang, misalnya : "....jalan bragaweg..,(kini dikenal dengan jalan pasirkaliki)...." yang membuat pembaca punya gambaran jalan tersebut di masa sekarang, dimana cerita tersebut berlangsung. keteduhan taman-taman kota bandung, digambarkan dengan menarik, yang tentunya membuat pembaca sedikit "iri" akan kondisi kota bandung jaman dahulu yang masih sangat perawan.
tak hanya kota bandung saja. kekuatan remy menggambarkan kota yogyakarta di novel yang sama juga membuat saya menjadi tahu, bahwa hotel meliapurosani yang sangat megah di sudut kota yogyakarta itu, dulu berdiri sebuah gedung pertunjukan peninggalan warisan pemerintah belanda. lagi-lagi saya mengetahui , pasti gedung itu punya nilai historis dan fungsional yang tinggi, tapi dikorbankan atas nama kejayaan industri pariwisata dengan menggantikannya dengan bangunan angkuh hotel melia purosani..! banyak lagi gambaran kota-kota di Indonesia di jaman dahulu yang justru saya ketahui dari latar belakang cerita novel-novel remy yang begitu kuat.
selain penulis novel, remy juga menulis puisi-puisi. salah satu jenis puisi yang ia tulis adalah jenis puisi mbeling yang mulai ada gerakannya di Indonesia sejak tahun 1972. buku kumpulan puisi mbeling remy dikumpulkan dalam buku "puisi mbeling-remy sylado" yang diterbitkan oleh kepustakaan populer gramedia di bulan Juli 2004. sering saya tersenyum sendiri membaca buku puisi mbeling ini, karena keberanian dan 'nyeleneh'nya remy melukiskan kehidupan jaman kini yang bila kita renungkan, ada benarnya. puisi-puisinya juga memancing pembaca untuk melakukan autokritik terhadap diri mereka, bercermin dari puisi-puisi remy yang terkadang 'menelanjangi' diri kita sebagai manusia.
buku puisi remy yang saya miliki, selain kumpulan puisi mbeling, adalah buku kumpulan puisi bertajuk "kerygma dan martyria". buku ini berisi kurang lebih 1000 karya puisi remy yang ditulis sejak tahun 1970. tidak seperti puisi mbeling yang lebih mudah dicerna dan dipahami, buku kumpulan puisi ini lebih cenderung ke 'puisi-puisi serius', tapi tak meninggalkan ciri kuat remy yang pandai menyentil pembacanya juga.
pada 17 agustus 1999, saat saya masih aktif di kegiata mudika gereja st.antonius, saya dan teman-teman sempat mengadakan pentas renungan kemerdekaan RI di halaman belakang gereja saya. saat itu, salah satu anggota panitia mengundang remy sylado untuk menjadi pembicara dalam renungan kemerdekaan malam itu. bodoh sekali, saya belum mengenal karya-karya remy saat itu.., sehingga saya lebih memilih untuk tidak mendengarkan paparan makna kemerdekaan yang saat itu ia sampaikan di panggung renungan. andai saat itu saya sudah mengenal karya-karyanya, saya pasti sudah meminta tanda tangan remy di setiap buku yang mungkin saat itu sudah saya miliki!
tertarik membaca karya-karyanya? saya pastikan, anda tidak pernah kecewa dan akan terus kecanduan karenanya!


0 Comments:

Post a Comment

<< Home